
Rekam jejak Danu Wicaksana memang tidak terkait langsung dengan fintech, namun dia sudah meyakini bahwa fintech memiliki masa depan dan potensi yang besar.
Evolusi Danu Wicaksana dari dunia mode menjadi TCASH
(Foto: Tek.id)
Bisnis financial technology (fintech) dinilai masih menjanjikan. Tak ayal, berbagai perusahaan berbasis teknologi berlomba-lomba memasuki bisnisnya dengan menawarkan layanan fintech. Tak sedikit yang mendirikan startup sendiri yang fokus di sektor fintech.
Di Indonesia, potensi bisnis fintech masih sangat besar. Pasalnya, menurut berbagai penelitian, lebih dari 50 persen masyarakat Indonesia adalah unbanked, sehingga peluang untuk menjaring pengguna semakin besar. Di sisi pengguna, kehadiran fintech juga akan memudahkan transaksi tanpa harus memiliki rekening bank terlebih dahulu.
Karena jumlah pengguna yang banyak, Telkomsel juga menawarkan layanan fintech. Layanan uang elektronik yang diberi nama TCASH ini diluncurkan pada tahun 2007 dan dimulai kembali pada tahun 2015. Kini TCASH berada di bawah kendali Danu Wicaksana. Lahir di Semarang, beliau adalah Chief Executive Officer (CEO) dan telah memimpin TCASH selama lebih dari setahun.
Dari fashion hingga fintech
Rekam jejak Danu Wicaksana tidak terkait langsung dengan fintech. Namun dia telah lama percaya bahwa fintech memiliki masa depan dan potensi yang besar. Gelar sarjana pertamanya bahkan tidak berhubungan dengan teknologi, teknik kimia di Institut Teknologi Bandung.
Danu Wicaksana memulai karirnya di dunia bisnis dan dipekerjakan oleh perusahaan konsultan manajemen McKinsey. Danu bekerja untuk perusahaan multi-negara selama hampir satu tahun sebelum meninggalkan posisi Engagement Manager pada tahun 2015.
Pada bulan Maret tahun yang sama, Danu memulai karir di e-commerce dengan fokus pada produk fashion, Berrybenka. Masih melenceng dari gelar sarjana dan magister, Danu menjabat sebagai Managing Director selama lebih dari dua tahun. Berbekal pengalamannya sebagai konsultan di berbagai perusahaan, Danu Wicaksana telah memperluas wawasannya dalam kaitannya dengan berbagai industri.
“Anda tidak harus memiliki pengetahuan vertikal untuk menjadi manajer di sebuah perusahaan. Penting untuk memahami keterampilan industri dan manajerial. kata Danu saat mengingatnya.
Meski tidak memiliki pengalaman atau pengetahuan terkait dunia fashion, peran Danu di Berrybenka tidak secara langsung berkaitan dengan produk tetapi mengelola tim di bawah koordinasinya. Siapa sangka pengalamannya bekerja di berbagai sektor industri justru akan menuntunnya untuk memahami pola-pola industri.
Fintech sendiri memang merupakan industri yang sangat baru karena Danu Wicaksana resmi menjabat sebagai CEO TCASH pada Mei 2017. Dilihat dari model bisnisnya, TCASH juga sangat berbeda dengan Berrybenka, e-commerce fashion yang melambungkan nama Danu. Bukannya minder, Danu justru merasa tertantang oleh industri fintech.
“Saya tahu betul bahwa tantangannya akan sangat berbeda (dengan Berrybenka). Menurut saya, industri ini sangat baru, tidak hanya bagi saya, tetapi untuk semua orang, termasuk para bankir, ini adalah industri baru. Bagi saya, itulah mengapa saya ingin menantang diri saya sendiri untuk belajar dan berkontribusi di sini,” katanya.
Perbesar gambar
Beberapa tantangan yang dirasakan Danu adalah ketika berhadapan dengan orang-orang dari budaya yang berbeda karena budaya perbankan dan e-commerce tidak sama.
“Pasti sulit, tapi tidak ada yang tidak mungkin. Jadi kalau kita bisa menghasilkan atau menyampaikan visi kita, mau kemana, peluang kita mana dan kita bisa menyatukannya dengan semua tim dan semua elemen. Bagus,” katanya optimis.
Tidak hanya internal, Danu juga menemukan tantangan eksternal yang menurutnya lebih besar, yaitu mengubah kebiasaan masyarakat bertransaksi nontunai. Belum lagi sebagai pimpinan perusahaan yang terbilang baru, Danu harus mampu menarik pengguna yang sudah terbiasa dibujuk dengan bonus dan bersaing dengan kompetitor.
Danu mengakui bahwa pesaing TCASH memiliki kemampuan finansial yang kuat
Sumber :